Pengetahuan bahwa citra dapat terbentuk pada sebuah permukaan dalam sebuah ruang gelap (camera obscura ) diperkirakan berasal dari Cina Kuno
Tahun 1000.
Al Hazen, seorang pelajar berkebangsaan Arab, menulis bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya yang melewati sebuah lubang kecil.
Sekitar 400 tahun kemudian.
Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Seandainya tulisan da Vinci dipublikasi, kemungkinan ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera.
Tahun 1558.
Battista Delta Porta, dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui buku tentang Camera Obscura yang dipublikasikannya. Kemungkinan karyanya tersebut didasari pada penemuan-penemuan da Vinci.
Awal abad 17.
Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Probelam yang belum bisa diatasinya ialah menghentikan proses kimia, setelah gambar-gambar terekam agar permanen.
Tahun 1727.
Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas.
Sekitar tahun 1800.
Thomas Wedgwood, seorang Inggris, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra yang telah melalui lensa pada camera obscura (sekarang ini disebut kamera) tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif (sekarang ini dikenal fotogram), pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran.
Tahun 1824.
Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang dengan berbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. Akhirnya pria Perancis bernama Joseph Nieephore Niepee, seorang lithograf berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut FOTO (tak menggunakan kamera), melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograf) dengan menggunakan sejenis aspal (yang disebutnya Bitumen of judea) sebagai bahan kimia dasarnya. Kemudian dicobanya menggunakan kamera ( NB: ada sumber yang menyebutkan Niepee sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada camera obscura. Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang kecil), juga bahan kimia lainnya, tapi hasilnya tidak memuaskan.
Agustus 1827.
Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya, Niepee berjumpa dengan Louis Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketetrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera.
Tahun 1829.
Niepee secara resmi bekerja sama dengan Daguerre, tapi Niepee meninggal dunia pada tahun 1833.
7 Januari 1839.
Dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan secara ilmiah, Daguerre mengumumkan hasil penelitian. Penelitiannya selama ini kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto-foto yang permanen itu disebut DAGUERRETYPE, yang tak dapat diperbanyak / reprint /repro. Saat itu Daguerre telah memiliki foto studio komersil dan Daguerretype tertua yang masih ada hingga kini diciptakannya tahun 1837.
25 Januari 1839.
William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya (tepatnya tahun 1834) berupa proses fotografi moderen kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan sistem negatif-positif ( bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran / pengecilan) dan dapat diperbanyak.
Juni 1840.
Talbot memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga menghasilkan negatif diatas kertas.
Oktober 1847.
Abel Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kerta.
Januari 1850.
Seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer denga sebutan WET-PLATE Fotografi.
Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal.
Juni 1888.
George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasil penelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera (berisi film) dikirim ke perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda denga kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa.
Hingga kini.
Perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa menggunakan roll film.
yang terpenting. Juga tentang sejarah perkembangan dunia fotografi hingga masuk era digital.
Pengen berbagi crta dengan Guru fotografi smanusa nih , skalian ni juga ada uneg2 dri teman2. .
BalasHapushmm . . pelajaran fotografi di SMANUSA sangat menarik . namun sebaiknya disamping teori , juga diadakan praktek yg langsung terjun ke suatu tempat / hunting . emang sih ada praktek , namun prakteknya pun tidak didampingi oleh pembina ato (mengadakan hunting sendiri dgn teman2) . jadinya , temen2 kurang mengerti cara mengambil obyek yg baik dan benar . . memang kadang udah diajarkan , nmun kalo tidak lnsung terjun praktek , agak sedikit susah rasanya . meskipun bgitu , tetap plajaran fotografi memang sangat menarik . untuk menambah wawasan dikalangan temen2 smanusa , di Gresik kbetulan ada komunitas anak2 fotografi yg dinamakan "GresFoC" . di sana kita dapat bertukar pikiran dengan sesama fotografer di Gresik . yg gabung di grub tersebut bnyk dri kalangan SMA dan remaja . pkoknya asyk deeeh . . di sna jg pun tidak memandang kita memakai jenis kamera apapun . mau pkek SLR kek , camdig kek , tustel kek ,ato kamera HP itu gag jd masalah . . . yg pnting kita disna dpat belajar dan menambah ilmu . untuk mendapatkan hasil obyek yg bagus , tidak harus menggunakan kamera yg mahal . asal kita pintar mengambil sisi obyek yg baik , maka hasilnya isya allah lumayan bagus . ( ujar pak ubed dan pak ipoed ) . ya smoga plajaran fotografi di smanusa smakin bnyk yg berminat dan bnyk menorehkan prestasi .
ass . . .